1. Tidak ada mata pelajaran
Menurut Muhadjir, full day school yakni pinjaman jam tambahan. Tapi dalam jam perhiasan tersebut tidak ada mata pelajaran yang bisa menciptakan para siswa bosan. Kegiatan yang dilakukan yakni ekstrakulikuler.
Kegiatan ekstrakulikuler tersebut akan merangkum hingga 18 karakter, ibarat jujur, toleransi, disiplin, hingga cinta tanah air. Dengan kegiatan tersebut, ia menyampaikan para siswa bisa dijauhkan dari pergaulan yang negatif.
2. Orang bau tanah bisa jemput anak ke sekolah
Pertimbangan lain dari aktivitas full day school yakni persoalan kekerabatan antara orang bau tanah dan anak. Menurut Muhadjir, untuk masyarakat yang tinggal di perkotaan, pada umumnya orang bau tanah bekerja hingga pukul 5 sore. Dengan aktivitas tersebut, kata dia, orang bau tanah bisa menjemput anak mereka di sekolah ketika pulang kerja.
Saat ini, kata Muhadjir, siswa pulang dari sekolah pukul 1 siang, sementara orang bau tanah gres pulang pukul 5 sore. "Antara jam 1 hingga jam 5 kita enggak tahu siapa yang bertanggung jawab pada anak, alasannya sekolah juga sudah melepas sementara keluarga juga belum ada," kata Muhadjir.
3. Membantu sertifikasi guru
Program full day school dianggap Muhadjir sanggup membantu guru untuk mendapat durasi jam mengajar 24 jam per ahad sebagai syarat mendapat sertifikasi guru. "Guru yang mencari perhiasan jam berguru di sekolah nanti akan mendapat perhiasan jam itu dari ini," katanya.
Itulah alasan yang masuk logika berdasarkan menteri. Lha gimana berdasarkan orang bau tanah yang bukan pekerja, PNS, atau yang punya aktivitas jam kerja teratur, ibarat petani, wirausaha, buruh, pegawai lepas bahkan yang tidak punya penghasilan tetap.?
Bagi mereka yang berkecukupan, rasanya tidak persoalan tapi bagi mereka yang tidak bisa gimana? Coba tengok sekolah sekolah yang ada di negeri ini, apakah semua layak menerapkan full day school? belum lagi ada yang anak yang harus berjalan berkili kilo meter untuk pergi kesekolah, bahkan ada yang harus menantang ajal diatas jembatan gantung demi ke sekolah. Belum lagi lahan sekolah tidak semua punya akomodasi lengkap untuk kegiatan diluar mata pelajaran.
Anak tetep saja insan bukan robot yang harus ditekan fisiologisnya dengan alasan demi masa depan. Dimana lagi hak anak untuk bisa mengenal dunianya.
Apalagi poin ke-2, apakah jarak daerah kerja orang bau tanah dengan anak hanya hitungan meter. Apakah jam sibuk sore tidak jadi materi pertimbangan, bagi yang mereka harus naik angkutan umum, jam berapa lagi untuk bisa hingga dirumah? siapa yang bisa menjamin keselamatn mereka diluar.
Masih inget pesen orang bau tanah zaman dulu, pulanglah ke rumah sebelum magrib, jadi ketika magrib datang anak sudah dirumah bukan dijalan masih nunggu antrian angkot untuk pulang ke rumah.
Atau tengok deh foto foto dibawah ini, dan postingan saya sebelumnya : Disini layakkah full day school diterapkan pada mereka?
 | |
| Tengok ini apakah pantes nerapkan full day school? |
Tengok adik adik ini, gedung sekolah saja ibarat ini, full day sun namanya,artinya sekolah panas hujan.
Mau pergi menuju sekolah saja harus bertaruh nyawa, ini zaman sudah merdeka katanya.
Yang ibarat ini kapan orang bau tanah jemput mereka pulang sekolah.
Ini sekolah atau sangkar hewan, kasihkan anak anak ibarat mereka.
ini sekolah tadah hujan, kalo isu terkini hujan, full day banjir namanya.
Sisi lain sekolah dinegeri ini, padahal mereka mereka ini yang akan menjadi peganti kita kita dikemudia hari.
Siapa yang tidak setujua full day school silahkan angkat tangan?
Ini sekolah aktor, gimana mau konsentrasi di sekolah, alasannya mereka niscaya belajar nyiapin diri jikalau kejatuhan atep sekolah, kasihan,, full day tegang.
Saya Ryan Riyanto admin blog ini ( https://herbalarema.blogspot.com/ ), menuliskan ini sekedar opini pribadi, pro kontra kebijakan pemerintah bukan hukum pasti. Yang admin tau jikalau hukum insan niscaya bisa dirubah dan dibatalkan, yang tidak bisa dirubah itu hanya Firman Allah SWT dan Ayat Ayat-NYA.
No comments